Malam dingin udara terasa menusuk. Air mata menitis, mengalir begitu
saja. Mengingatkan kematian akan hadir bila2 saja. Bahkan bila Allah
mentakdirkan detik ini kita meninggal dunia, maka sekarang ini pun kitaakan mati dan kita tidak dapat menolaknya. Kita tidak bisa berbuat
apapun, sekalipun kita berlari ke hujung dunia, kematian tetap menjemput
kita. Rumah tiba-tiba penuh dengan tangisan. Anak-anak kita menangis.
Pasangan hidup kita menangis. Orang tua kita menangis. Teman,
kerabat, tetangga, mereka semua menangis (Mungkin?). Kita hanya bisa membisu, jasad
kita dimandikan, dikafani, kemudian disoolatkan. Selesai solat, tubuh
kita dimasukkan ke dalam keranda. Diangkat dan diletakkan ke liang lahat. Diringi
isak tangis orang-orang yang kita kasihi.
Tubuh kita diturunkan
diliang lahat seukuran tubuh kita. Dimiringkan ke arah kiblat. Ditutup
dengan papan. Tinggallah diri kita dalam kegelapan, sendirian dan
kesepian. Tiada seorang pun yang akan menemani diri kita. Bahkan orang
paling mencintai kita sekali pun pergi meninggalkan kita. Hanyalah amal
kebaikan kita selama hidup di dunia yang menemani kita. Amal kebaikan
itulah yang menjadi bekal kita. "Apabila nafas seseorang telah mendesak
sampai dikerongkong dan dikatakan kepadaNya. 'Siapakah yang dapat
menyembuhkanmu?' dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan dengan dunia telah tiba dan tautan betis kiri dan betis
kanan. kepada Tuhanmu-lah pada hari itu kamu dihalau."(QS. al-Qiyamaah :
26-30).
Ketika ajal menjemput, sudah siapkah kita?
~Sekadar Renungan
Tiada ulasan:
Catat Ulasan